Sunday, February 3, 2013

daily : think global, act local

minggu 3/2 (11:02 am)

sebisa mungkin gua akan setia membuat postingan sehubungan dengan topik yang diberikan oleh daily post :)) walaupun untuk topik yang hari ini sih mustinya kemaren, hahaha, berhubung gua dapat topiknya di jam 8 malam yang mana selain udah cape, juga lagi asyik ngobrol ama temen, terpaksa dhe daily post di-skip dulu :p

anywayy.. now i have time to write..

versi lengkap dari daily prompt-nya adalah :

"Think global, act local." Write a post connecting a global issue to a personal one.

gua akan membahas masalah sehubungan dengan topik yang udah lumayan mengganjal buat gua sekian lama, hal ini berhubungan dengan.. pengemis.

buat yang hidup di jakarta (gua ngga bisa bilang soal keadaan di kota2 lain karena gua amat jaraaang sekali berpergian, haha, jadi daripada gua sok tau, mending gua nulis apa yang emang gua tau aja dhe :p), hampir di setiap lampu merah itu kita bisa melihat pengemis dalam beragam model, ukuran, yang tua hingga yang masih bayi! yang bayi tentu saja ngga ngemis sendirian lah ya, tapi bareng ama 'ibu'-nya, kenapa ibu-nya pakai tanpa petik? karena pernah dengar isu yang beredar bahwa tuh bayi bisa jadi bukanlah anak kandungnya tapi anak sewaan karena biasanya kalau minta2 sambil bawa anak2 itu orang bisa jadi lebih trenyuh dan buntut2nya ngasih duit.

secara kasat mata, memang seringkali kalau diliat2 dengan baik, banyak di antara para pengemis ini yang bertubuh tegap, cukup gizi, dan yang seringkali melintas di pikiran itu ketika melihat mereka adalah, "please dhe aww! elo itu masih bisa nyari kerjaan halal, dan bukan minta2 gini!", ya yang pria mungkin bisa melamar jadi office boy kalau memang tidak mengenyam pendidikan yang cukup yang bisa membuatnya melamar posisi yang lebih 'berkelas'. kalau bisa naik motor malah lebih bagus lagi karena bisa ngelamar jadi kurir. atau yang ibu2 khan bisa jadi tukang cuci, kalau ngga mau nginep ya bisa jadi cuci yang pulang hari, lumayan khan 1-2 jam per pintu, dalam sehari kalau bisa megang 3 pintu aja maka sebulannya itu dapat gaji yang lumayan.

dan kemaren ini pas lagi ngubek2 postingan lama (atau hmm.. jangan2 bukan postingan tapi print-an selebaran? udah rada lupa juga sih :p), ada ajakan untuk stop memberikan uang receh untuk para pengemis karena mereka itu sebenernya perkumpulan yang terorganisir dengan baik, jarang yang solo action, biasanya tuh ada 'bos'-nya yang mana pengemis2 yang di jalan raya itu harus menyetorkan uang yang mereka dapat pada si bos.

berbicara mengenai pengemis, quote yang selalu terngiang2 dalam kepala gua itu adalah..

"kalau elo ngasih ikan pada seseorang maka elo hanya akan memberinya makan untuk sehari aja (asumsi, nih ikan kecil kali yee, coba kalau ngasihnya ikan tuna yang beratnya bisa puluhan kilo, mana abis dalam sehari, huahahahaha.. okay2, balik ke topik, jangan ngelantur!), tapi berilah orang itu pancingan maka makanan akan tersedia baginya setiap harinya! (asal dia mancing di tempat yang banyak ikannya :p)"

sekian lama, berhubung gua ngga bisa ngasih pancingan, maka lebih baik berdiam diri aja dan menutup mata seakan2 mereka tidak ada. tapi sekarang gua mikirnya, kalau memang belum bisa memberi pancingan (karena gua juga masih mencari pancingan yang tepat buat diri gua, haha :p), yaa.. gua pikir ngga ada salahnya lah memberi ikan dulu untuk dimakannya pada hari itu, kasian khan kalau sampai kelaparan berhari2 karena ngga ada yang ngasih ikan maupun pancingan.

-paused : minggu 3/2 (11:14 am)-

minggu 3/2 (2:46 pm)

adalah mudah untuk serta merta menghakimi seseorang serta mengarahkan jari telunjuk kita kepada mereka sambil meneriakkan kata, "pemalas!", padahal, apa sih yang kita tahu tentang kehidupan mereka sebelumnya?

life isn't a fairytale..

kenyataan seringkali tidaklah semanis gulali. ngga ada orang yang mau terlahir miskin. ngga ada orang yang bercita2 kalau sudah besar nanti maka ia mau menjadi pengemis dan hidup dari belas kasih orang lain. ada yang mau seperti itu? gua rasa ngga ada.

kalau memang bisa memilih, tentunya mereka lebih memilih hidup nyaman dengan tidak kekurangan suatu apapun. setidaknya ada satu yang mereka bisa hindari dengan hidup tidak menjadi pengemis, yaitu sorotan mata orang2 yang lalu lalang setiap harinya dan melihat ke arah mereka. entah apa yang berkecamuk dalam benak orang2 yang melihat tersebut, sedikit banyak pasti ada yang melihat para pengemis itu dengan tatapan mencemooh, merendah, menghina, dan tidaklah mudah untuk bisa hidup dengan bayangan sorot mata itu menghantui hari2 kita.

bersyukurlah bila kalian tidak ada dalam posisi mereka.

hmm.. sebenernya rada2 dilema juga nulis kalimat di atas, karena in a way mungkin kesannya mensyukuri kekurangan orang lain demi menyadari kelebihan yang ada pada kita, padahal maksud gua ya bukan seperti itu.

cuma mungkin bagi kita yang selalu merasa kekurangan itu mungkin ada baiknya jangan terus menerus melihat mereka yang hidupnya lebih dari kita tapi perlu untuk disadarkan bahwa ternyata selama ini apa yang sudah kita miliki itu jauh lebih banyak dari apa yang berani diimpikan oleh mereka2 yang berkekurangan.

roda kehidupan itu berputar. kehidupan itu bisa dibalikkan seratus delapan puluh derajat. yang tadinya di atas itu amat mungkin hanya dalam hitungan detik, langsung tersungkur jatuh mencium tanah sementara mereka yang terpuruk bisa serta merta berada di atas, you'll never know.

ada banyak hal yang berada di luar kendali kita. apa yang sekarang kita miliki itu bisa serta merta terenggut dari hidup kita. jadi, jangan memandang sebelah mata sama seseorang, you'll never know apa yang telah dialaminya hingga sampai ke posisi di mana dia harus menengadahkan tangannya untuk meminta pemberian dari orang yang bahkan tidak dikenalnya.

untuk dapat duduk dan mengarahkan tangan ke orang yang lalu lalang, mereka harus menelan harga dirinya.

"ya elo-nya aja ngga tau kalii.. mereka yang minta2 gini, rumahnya di desa itu besar boo!"

ya biarin aja, hahaha.. itu 'rejeki'-nya dia.. karena biar gimanapun, tangan yang memberi itu lebih baik dari tangan yang menerima.

dan kembali ke soal ikan itu.. dengan pemberian yang tidak seberapa itu memang tidak serta merta bisa mengentaskan kemiskinan dan mengenyahkan jumlah pengangguran. no. persoalan masih tetap sama seperti sebelumnya, hal kecil yang kita lakukan itu ngga membawa dampak besar terhadap dunia.

tapi ada satu dunia yang mungkin menjadi berubah. dunia dari sang pengemis itu sendiri, bahwa dalam satu waktu dalam kehidupannya, ketika dia lapar, ada tangan yang memberi makan kepadanya. tangan yang mungkin tidak akan pernah ditemuinya lagi, namun tangan tersebut telah memberkatinya dengan memberikan makanan bagi perutnya yang lapar pada hari itu.

ketika pengemis itu bisa merasakan bahwa Tuhan itu baik, di tengah kondisinya yang mungkin serba sulit.. ketika dia bisa merasakan bahwa Tuhan masih memeliharanya.. gua rasa itu jauh lebih berharga dibanding kondisi orang yang hidup serba berkecukupan namun tidak bisa merasakan kasih Tuhan dalam kehidupannya.

i know many might not agree with me. and that's alright. setiap orang berhak mempunyai pendapatnya masing2 :)

tapi ketika kita mempunyai kesempatan untuk menjadi berkat dalam kehidupan seseorang, walaupun hanya kecil saja dan tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan yang dimilikinya, mengapa kita tidak mengambil kesempatan itu untuk menjadi saluran berkat bagi berkat yang selama ini telah kita terima, walau mungkin kalau dipikir2.. kita bukanlah orang yang 'pantas' untuk menerima semua kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidup yang kita jalani.

"kalau belum bisa mengajari seseorang membuat roti, mengapa tidak memberikannya sepotong roti terlebih dahulu, untuk mengganjal perutnya yang lapar?"

after all.. it's all coming back to us one day.. kebaikan tidak akan pernah mendatangkan keburukan permanen dalam hidup kita, hal2 yang tidak baik yang mungkin terjadi kala kita berbuat baik, mungkin hanyalah halangan kecil sebelum kebaikan yang lebih besar menyapa dalam hidup kita :)

be a blessing so you can bless others, i really love those words..

minggu 3/2 (3:13 pm)

No comments:

Post a Comment